setiap warga negara Indonesia, harus dimatangkan konsepnya.
“Saya belum mengatakan setuju atau tidak setuju dengan wacana bela negara ini karena saya belum tahu bagaimana konsepnya secara utuh,” jelasnya saat ditemui wartawan seusai acara puncak milad ke-57 Universitas Muhamamdiyah Surakarta (UMS) di Auditorium UMS, Jumat (16/10).
Jika bela negara menjadi semacam sistem wajib militer, terangnya, harus multiaspek. Konsep tersebut, harus dimatangkan dengan melibatkan banyak pihak. Tidak hanya DPR, tapi juga berbagai kekuatan masyarakat.
Hal itu karena Indonesia dibangun dengan semangat kegotongroyongan. Oleh karena itu ketika ada kebijakan strategis yang menyangkut semua warga negara, ia mengusulkan agar dibicarakan dengan seluruh komponen bangsa.
“Banyak pihak belum tahu nanti konsep bela negaranya seperti apa. Ini harus digodok matang agar nantinya berhasil, tidak menjadi program yang gagal,” katanya.
Jika konsep bela negara diterapkan, Haedar mengusulkan agar tidak menggunakan model wajib militer. Ia juga tidak setuju jika programnya cenderung monolitik dan depresif. Ia beralasan, saat ini bangsa Indonesia sedang mengkonsolidasikan sistem demokrasi.
0 Response to "Terkait Bela Negara, Muhammadiyah: Keteladanan Pemimpin Negara Itu Lebih Penting !"
Post a Comment
Admin KalamPos.com percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), pasti akan lebih enak dibaca. Yuk, kita praktikkan!