Nasehat Khalifah Umar untuk Kepala Daerah

Khalifah Umar bin Al Khaththab yang sangat terkenal dengan gelar Umar Al Faruq pernah menulis surat kepada salah seorang wali (semacam gubernur) yang diangkatnya sebagai berikut: “Amma ba’du! Sesungguhnya kebahagiaan seorang penguasa ditentukan oleh kebahagiaan rakyatnya, dan celakanya seorang penguasa ialah karena mence-lakakan rakyatnya. Ketahuilah sesungguhnya apa yang engkau perbuat akan ditiru oleh pegawai-pegawaimu. Engkau seumpama seekor hewan yang melihat padang rumput lalu memakan rumput tersebut sampai sekenyang-kenyangnya hingga dia menjadi gemuk. Kegemukannya itu akan menjadikannya binasa, karena dia disembelih dan dagingnya dimakan” (lihat Syaikh Abdul Aziz Al Badri, Al Islam bainal Ulama wal Hukkam).

Juga Khalifah Umar pernah menulis surat kepada para kepala daerahnya sebagai berikut:

“Sesungguhnya aku mengutus kalian sebagai Imam, bukan sebagai penguasa yang zalim. Kalian kuutus sebagai pembawa petunjuk dan hidayah bagi manusia. Hendaklah kalian memberikan haknya pada setiaqp muslim. Janganlah sekali-kali kalian menghina mereka sehingga mereka menjadi pengecut dan jangan pula memuji-muji mereka sehingga mereka menjadi sombong dan angkuh. 

Janganlah kalian menutup pintu bagi mereka sehingga yang kuat memakan yang lemah dan janganlah kalian merampas hak mereka sehingga mereka teraniaya”.

Beberapa poin penting dalam surat nasihat Khalifah Umar bin al Khaththab tersebut sebagai berikut:

Pertama, selamat dan celakanya penguasa itu ditentukan oleh bagaimana sikap tanggung jawabnya dalam menjaga kemaslahatan rakyatnya. Sebab, penguasa itu laksana penggembala yang akan selalu menjaga hewan-hewan gembalaannya, menggiring mereka ke padang rumput agar hewan-hewan itu menjadi kenyang, lalu menggiring ke sumber air agar hewan-hewan itu minum sepuas-puasnya.

Tidak masuk dalam logika penggembala, membiarkan hewan-hewan gembalaannya itu mati kelaparan atau kehausan, apalagi sengaja membunuhinya! Nabi SAW. memberikan warning kepada penguasa: “Seorang yang menjadi penguasa atas rakyat muslim lalu mati dalam keadaan selalu menipu mereka, maka orang itu diharamkan oleh Allah masuk ke dalam surga” (HR. Al Bukhari).

Kedua, penguasa hendaknya menyadari bahwa dirinya adalah teladan bagi para pegawainya. Jika dia memberikan contoh yang baik sebagai penguasa, yakni bekerja keras dalam mewujudkan kemaslahatan bagi rakyatnya, bersikap santun kepada rakyatnya, dan lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepen-tingan dirinya sendiri, maka sikap itu akan diikuti oleh seluruh pegawainya dalam melayani rakyat.

Namun sebaliknya jika, penguasa itu lebih mengutamakan dirinya sendiri, arogan kepada rakyat, abai terhadap kepentingan rakyat, maka para pegawai itu akan mengikutinya. Tentunya penguasa harus menyadari bahwa sikapnya ini mementukan bahagia dan celakanya dirinya sendiri. Kalau dia baik kepada rakyat, dan itu diikuti para pegawainya, maka dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Sebailknya, jika sikapnya buruk kepada rakyat dan diikuti para pegawainya, maka dosanya pun akan bertumpuk-tumpuk. Na’udzubillah!

Ketiga, hendaknya penguasa jangan meninggalkan posisinya sebagai fasilitator bagi seluruh rakyat, lalu ikut terjun sebagai pihak yang menikmati fasilitas, akibatnya dia akan menguasai fasilitas negara itu untuk kepen-tingan dirinya dan pada gilirannya rakyat akan tersisih dalam menikmati fasilitas.

Itulah gambaran ketika seorang penggembala beralih status menjadi hewan gembalaannya yang merumput sampai gemuk dan tentunya akan disembelih. Penguasa yang rakus mengua-sai fasilitas negara yang seharusnya diperuntukkan kepada rakyat akan mengantarkannya pada kebinasaan dunia akhirat, Na’audzubillah!

Keempat, fungsi penguasa adalah imam yang memimpin umat ke jalan hidayah, bukan menjadi penguasa zalim yang menganiaya rakyatnya. Rasulullah SAW. memberikan peringatan agar setiap penguasa menasihati rakyatnya untuk menetapi jalan taqwa kepada Allah SWT. Beliau saw. bersabda:

“Seseorang yang ditetapkan Allah sebagai penguasa yang meng-urus kepentingan rakyat lalu dia tidak memberikan nasihat kepada mereka, maka orang itu tidak akan mencium harumnya surga” (HR. Bukhari).

Kelima, penguasa jangan melepaskan diri dari tanggung jawab mengurus urusan rakyat. Bila penguasa menutup pintunya dari keluhan rakyat, maka orang-orang kuat akan memakan orang-orang lemah. Itulah yang terjadi pada system liberal, ketika penguasa mele-paskan wewenangnya untuk mengurus urusan rakyat dan menyerakannya kepada swasta, dan hanya duduk berdiam diri menunggu datangnya upeti, maka seluruh kekayaan rakyat akan dikuasai oleh para pengusaha, bahkan dimasa kini dikuasai oleh pihak kafir imperialis, maka rakyat kehilangan hak-haknya.

Penguasa muslim yang masih punya iman, semestinya meninggalkan system liberal yang telah mencopotnya dari kedudukan sebagai penggembala dan penanggungjawab atas seluruh urusan rakyatnya, sebagaima sabda Nabi saw: “Penguasa itu laksana penggembala, dia akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dipimpinnya”.
 

Hari ini kita rindu Khalifah yang mengangkat penguasa-penguasa daerah dengan nasihat-nasihatnya yang bernas dan jelas seperti di atas. Kapankan itu? Wallahua’lam!

(Muhammad Al Khaththath)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nasehat Khalifah Umar untuk Kepala Daerah"

Post a Comment

Admin KalamPos.com percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), pasti akan lebih enak dibaca. Yuk, kita praktikkan!