Menag Tawarkan Model Pendidikan Pesantren di Istanbul

Tak kurang 138 pemimpin muslim dari 38 negara se-Asia dan Pasifik hadir dalam 1st Asia & Pasific Countries Muslim Religious Leaders’s Summit di Istanbul, Turki, 13 – 16 Oktober 2015. Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, menjadi salah satu pembicara kunci dalam pembukaan acara, Selasa pagi (13/10), waktu setempat.

Menteri Agama membuka pidato dengan menyampaikan bela sungkawa dan mendoakan korban bom di Angkara, ibukota Tukri, Sabtu (10/10), tiga hari sebelum acara ini. Dalam mencari solusi berbagai problem yang dihadapi masyarakat muslim, Menteri Lukman memilih menggarisbawahi dan menawarkan sumbangsih penting pendidikan.

“Saya percaya, semua kita bisa menjadi penyelesai masalah,” kata Menag.

Caranya, Menag melanjutkan, dengan meletakkan pengetahuan kita secara konkret dalam aksi nyata.
“Forum ini perlu memikirkan formula terbaik dalam menyelesaikan berbagai masalah,” ujar Menag.

Forum ini, menurut Menag, akan menjadi basis penguatan kerjasama antara negara-negara muslim untuk mengembangkan masyarakat muslim. Kerjasama antar pemerintah dan antara ilmuwan perlu dijalin. “Pertukaran pendidikan dapat menjadi sumbangan utama menuju perdamaian dan dunia lebih baik,” kata Menag.

“Melalui pendidikan, kita akan dapat menemukan solusi bagi problem krusial yang dihadapi muslim Asia Pasifik dalam beberapa dekade terakhir,” kata Menteri Lukman dalam pertemuan puncak bertema “Unity in Multiplicity: Rethinking Wisdom and Peace Together” yang diselenggarakan Presidency of Religious Affairs Tukri itu.

Pendidikan patut dilihat sebagai bidang paling penting untuk mengatasi problem tingginya tingkat illiterasi (buta huruf) dan kualitas SDM muslim yang rendah. Meski pendidikan itu terkesan lambat, namun kata Menag, bernilai strategis dan berkekuatan.

“Masing-masing kita, dari berbagai negara, memiliki pengalaman berharga dalam menangani pendidikan. Dalam kasus Indonesia, Pesantren, Islamic boarding school, adalah benteng pelembagaan Sunni yang berciri damai. Pesantren steril dari ideologi ekstrem. Selain penting secara historis dan budaya bagi Indonesia, pesantren juga salah satu model yang bagus untuk dishare,” kata Menag dalam pidatonya.

Masalah mendasar lain yang ditawakarkan Menag untuk disorot dan dicarikan solusinya adalah konflik internal antar aliran dan madzhab dalam Islam. Menag menyontohkan konflik Sunny – Syiah atau Sunny – Wahabi. Secara ekonomi, kemiskinan dan rendahnya mutu kesehatan juga ditandaskan sebagai masalah krusial umat Islam.

Tantangan terakhir yang perlu didiskusikan, kata Menag, adalah Islamophobia. Yakni, sikap kebencian dan ketakutan dari pihak lain terhadap Islam dan kaum muslim.

“Kebencian dan stigmatisasi terhadap Islam dan muslim sayang sekali masih tersebar luas,” ujar

Menag yang baru pulang dari Frankfurt Book Fair, dalam rangka memberi pidato tentang Pluralisme, Fundamentalisme dan Islamophobia. (pinmas)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menag Tawarkan Model Pendidikan Pesantren di Istanbul"

Post a Comment

Admin KalamPos.com percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), pasti akan lebih enak dibaca. Yuk, kita praktikkan!